Sepertinya judul itu bukan hal yang baru alias rahasia umum. Namun bagaimana jika saya beritahu bahwa kemampuan manipulatif itu tidak kita terapkan pada orang lain, tetapi juga melakukannya pada diri sendiri? Atau lebih tepatnya, kita sering memanipulasi perasaan bahagia dan kepuasan yang kita alami.
Misalnya, secara logika umum dalam teori ekonomi, ketika dihadapkan dengan peningkatan harga, kita akan menurunkan minat dan permintaan. Anda pasti sepenuhnya setuju dengan hal itu. Sejumlah penelitian terbaru membuktikan fenomena sebaliknya.
* Jika Anda memberitahu bahwa wine (anggur) yang seseorang sedang minum seharga $90, maka ia merasakan anggur itu lebih nikmat dan memuaskan dibandingkan Anda memberitahu anggur yang sama hanya seharga $10.
* Jika Anda memberi seseorang obat sakit kepala senilai $2.50, maka ia bisa meredakan rasa sakit lebih ampuh dibandingkan Anda memberitahu obat yang sama itu hanya senilai 50 sen.
* Jika Anda menjual minuman penambah energi (seperti Kratingdaeng, Lipovitan, dsb) dengan diskon 50%, maka orang yang meminumnya mengalami peningkatan performa jauh lebih sedikit dibandingkan jika dia membeli minuman yang sama dengan harga penuh tanpa diskon.
Kita terbiasa memanipulasi pikiran kita sendiri untuk percaya bahwa jika sebuah barang lebih mahal, indah, menawan, atau populer, maka ia pasti memiliki kegunaan dan efek yang lebih baik atau memuaskan. Padahal seringkali itu tidak selalu berarti demikian.
Masih pada prinsip yang sama dan sedikit diperlebar, kita terbiasa berpikir akan merasa lebih bahagia dan puas jika kita memiliki barang mahal tertentu, bersanding pasangan dengan tingkat kecantikan tertentu, dsb. Itu sebabnya kita memaksakan diri untuk bekerja siang malam demi mengumpulkan uang banyak dan bertahan dalam hubungan romansa yang penuh awan beracun demi tetap memiliki kekasih yang begitu mempesona.
Saya tidak menyatakan sikap-sikap tersebut salah atau buruk, melainkan hanya menyentil kesadaran kita saja. Siapa tahu apa yang Anda baru ketahui hari ini bisa menjelaskan masalah-masalah besar yang menghantui Anda entah semenjak berapa lama yang lalu.
Salam revolusi cinta,
Lex dePraxis
http://lexdepraxis.wordpress.com/2009/08/04/manusia-adalah-makhluk-manipulatif-2/
Selasa, 12 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.