Pembagian khotbah-khotbah panjang disusun dalam tiga vagga atau rangkaian. Dalam koleksi yang sama dalam bahasa Cina ada tiga puluh khotbah, yang dua puluh enam di antaranya telah dipersamakan oleh Anesaki dengan versi Pali. Khotbah-khotbah yang dianggap berasal dari para siswa diberi tanda asterik (*).
SILAKANDHA-VAGGA
(Rangkaian ini berisikan hal mengenai tata susila. Dalam setiap bagiannya dimasukkan tulisan yang dikenal sebagai Sila, daftar berbagai jenis perbuatan susila).
1.
Brahmajala-sutta. "Jala Brahma". Sang Buddha bersabda bahwa beliau mendapat penghormatan bukan semata-mata karena kesusilaan, melainkan karena kebijaksanaan yang mendalam yang beliau temukan dan nyatakan. Beliau memberikan sebuah daftar berisi enam puluh dua bentuk spekulasi mengenai dunia dan pribadi dari guru-guru lain.
2.
Samaññaphala-sutta. "Pahala yang dimiliki oleh setiap pertapa". Kepada Ajatasattu yang berkunjung pada Sang Buddha, beliau menerangkan keuntungan menjadi seorang bhikkhu, dari tingkat terendah sampai tingkat Arahat.
3.
Ambattha-sutta. Percakapan antara Sang Buddha dengan Ambattha mengenai kasta, yang sebagian memuat cerita tentang raja Okkaka, leluhur Sang Buddha.
4.
Sonadanda-sutta. Percakapan dengan Brahmana Sonadanda mengenai sifat-sifat Brahmana sejati.
5.
Kutadanta-sutta. Percakapan dengan Brahmana Kutadanta tentang ketidaksetujuan terhadap penyembelihan binatang untuk sajian.
6.
Mahali-sutta. Percakapan dengan Mahali mengenai penglihatan gaib. Yang lebih tinggi daripada ini ialah latihan menuju kepada pengetahuan sempurna.
7.
Jaliya-sutta. Perbincangan apakah jiwa sama dengan badan jasmani, suatu persoalan yang tidak diterangkan dan dianggap tidak tepat bagi seorang yang mengikuti latihan sebagai bhikkhu.
8.
Kassapasihanada-sutta. Percakapan dengan seorang pertapa telanjang Kassapa tentang tidak bermanfaatnya menyiksa diri.
9. Potthapada-sutta. Perbincangan dengan Potthapada mengenai jiwa; Sang Buddha menolak memberi jawaban karena persoalan ini tidak membawa kepada penerangan dan Nibbana.
10.* Subha-sutta. Pelajaran tentang cara melatih diri yang diberikan oleh Ananda kepada siswa Subha tidak lama setelah Sang Buddha mangkat.
11. Kevaddha-sutta. Sang Buddha menolak permintaan seorang bhikkhu untuk mempertunjukkan kegaiban. Beliau hanya menyetujui kegaiban dari ajaran. Cerita tentang seorang bhikkhu yang mengunjungi para dewa untuk mencari jawaban atas suatu masalah dan dipersilahkan menghadap Sang Buddha.
12. Lohicca-sutta. Percakapan dengan Brahmana Lohicca mengenai kewajiban seorang guru untuk memberi bimbingan.
13. Tevijja-sutta. Tentang ketidakbenaran pelajaran ketiga Veda untuk menjadi anggota kelompok dewa-dewa Brahma.
MAHA - VAGGA
14. Mahapadana-sutta. Penjelasan Sang Buddha mengenai enam orang Buddha yang sebelumnya dan beliau sendiri, mengenai masa-masa mereka muncul, kasta, susunan keluarga, jangka kehidupan, pohon Bodhi, siswa-siswa utama, jumlah pertemuan, pengikut, ayah, ibu, dan kota dengan sebuah khotbah kedua mengenai Buddha Vipassi dari saat meninggalkan surga Tusita hingga saat permulaan memberi pelajaran.
15. Mahanidana-sutta. Mengenai rantai sebab musabab yang bergantungan dan teori-teori tentang jiwa.
16. Maha-Parinibbana-sutta. Cerita tentang hari-hari terakhir dan kemangkatan Sang Buddha, serta pembagian relik-relik.
17. Mahasudassana-sutta. Cerita tentang kehidupan lampau Sang Buddha sebagai Raja Sudassana, dituturkan oleh Sang Buddha menjelang akhir hayatnya.
18. Janavasabha-sutta. Sambungan khotbah kepada rakyat Nadika, sebagaimana diberikan pada No. 16, di mana Sang Buddha mengulangi cerita yang beliau peroleh dari Yakkha Javanasabba.
19. Maha-Govinda-sutta. Pañcasikha pemusik dari surga menghadap Sang Buddha dan menceritakan kunjungannya ke surga di mana ia bertemu dengan Brahma Sanamkumara yang mengisahkan cerita Mahagovinda. Pancasikha bertanya kepada Sang Buddha apakah beliau ingat akan cerita ini dan Sang Buddha berkata bahwa beliau sendirilah Mahagovinda itu.
20. Maha-Samaya-sutta. Khotbah mengenai Pertemuan Agung. Para dewa dari Sukavati mengunjungi Sang Buddha, yang menyebutkan mereka dalam sebuah syair berisi 151 baris.
21. Sakkapañha-sutta. Dewa Sakka mengunjungi Sang Buddha, menanyakan sepuluh persoalan, dan mempelajari kesunyataan bahwa segala sesuatu yang timbul akan berakhir dengan kemusnahan.
22. Maha-Satipatthana-sutta. Khotbah mengenai empat macam meditasi (mengenai badan jasmani, rangsangan indria, perasaan, pikiran) disertai penjelasan mengenai Empat Kesunyataan.
23.*
Payasi-sutta. Kumarakassapa menyadarkan Payasi dari pandangan keliru bahwa tiada kehidupan selanjutnya atau akibat dari perbuatan. Setelah Payasi mangkat, Bhikkhu Gavampati menemuinya di Surga dan melihat keadaannya.
PATIKA - VAGGA
24. Patika-sutta. Cerita mengenai seorang siswa yang mengikuti guru lain, karena Sang Buddha tidak menunjukkan kegaiban maupun menerangkan asal mula benda-benda. Selama percakapan, Sang Buddha menerangkan kedua hal tersebut.
25. Udumbarikasihanada-sutta. Perbincangan antara Sang Buddha dengan pertapa Nigrodha di Taman Ratu Udumbarika mengenai dua macam cara bertapa.
26. Cakkavattisihanada-sutta. Cerita tentang raja dunia dengan berbagai tingkat penyelewengan moral dan pemulihannya serta ramalan tentang Buddha Metteyya yang akan datang.
27. Agañña-sutta. Perbincangan mengenai kasta dengan penjelasan mengenai asal mula benda-benda, asal mula kasta-kasta dan artinya yang sesungguhnya.
28. Sampasadaniya-sutta. Percakapan antara Sang Buddha dengan Sariputta yang menyatakan keyakinannya kepada Sang Buddha dan menjelaskan ajaran Buddha. Sang Buddha berpesan untuk kerap kali mengulangi pelajaran ini kepada para siswa.
29. Pasadika-sutta. Berita kematian Nataputta (pemimpin Jaina) disampaikan kepada Sang Buddha, dan Sang Buddha berkhotbah mengenai guru yang sempurna dan guru yang tidak sempurna serta tingkah laku para bhikkhu.
30. Lakkhana-sutta. Penjelasan mengenai tiga puluh dua tanda Orang Besar (raja alam semesta atau seorang Buddha), yang dijalin dengan syair berisi dua puluh bagian; tiap bagian dimulai dengan "Di sini dikatakan".
31. Sigalovada-sutta. Sang Buddha menemukan Sigala sedang memuja enam arah. Beliau menguraikan kewajiban seorang umat dengan menjelaskan bahwa pemujaan itu ialah menunaikan kewajiban terhadap enam kelompok orang (orang tua, dan lain-lain).
32.* Atanatiya-sutta. Empat Maha Raja mengunjungi Sang Buddha dan memberikan sebuah mantera (dalam syair) untuk dipakai sebagai perlindungan terhadap roh jahat. Sang Buddha mengulanginya kepada para bhikkhu.
33.* Sangiti-sutta. Sang Buddha meresmikan sebuah balai pertemuan baru di Pava dan setelah lelah, beliau memerintahkan Sariputta untuk memberi penerangan-penerangan kepada para bhikkhu. Sariputta memberikan suatu daftar ajaran tunggal disusul dengan penjelasan kelompok dua dan seterusnya hingga menjadi kelompok sepuluh.
34.* Dasuttara-sutta. Sariputta didampingi Sang Buddha memberikan khotbah "Tambahan hingga sepuluh" yang berisi sepuluh pelajaran tunggal, sepuluh pelajaran rangkap dua dan seterusnya hingga menjadi sepuluh rangkap sepuluh.
Senin, 11 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.