livan73

http://payspree.com/113/livan73

Selasa, 12 Januari 2010

Bahasa Indonesia, Bahasa Kedua

Saya menelepon ke ponsel teman. Perusahaan operator telepon itu adalah perusahaan Indonesia. Karena telepon yang saya tuju dalam keadaan tidak aktif, saya menerima pesan sebagai berikut: ”The telephone you are calling is switched off.”

Sudah. Hanya itu. Hanya pesan dalam bahasa Inggris, tidak ada pesan dalam bahasa Indonesia.

Di beberapa bioskop yang pernah saya kunjungi, petunjuk yang ditayangkan di layar sebelum film dimulai, juga ditulis dalam bahasa Inggris. Tidak ada terjemahan bahasa Indonesia sama sekali.

Kalau kita menelpon hotel atau perusahaan besar di Jakarta, penerima telepon biasanya akan menjawab dalam bahasa Inggris. Setelah tahu penelepon berbahasa Indonesia, barulah dia meladeni kita dalam bahasa Indonesia.

bahasa2

Saya teringat perjalanan saya ke berbagai negara. Di Jerman, saat saya berbelanja ke toko, penjaganya selalu menyapa saya dalam bahasa Jerman. Setelah tahu bahwa saya tidak berbahasa Jerman, barulah dia meladeni saya dalam bahasa Inggris. Demikian pula saat saya berkunjung ke Perancis, pertama kali saya akan disapa dalam bahasa Perancis. Hal yang sama saya dapatkan dalam percakapan telepon.

Dengan kata lain, di banyak negara, orang mendahulukan bahasa mereka sendiri. Bahasa kita adalah bahasa pertama dan utama, bahasa Inggris dan bahasa asing lain adalah bahasa ke dua, tiga, dan seterusnya. Sayangnya yang sering terjadi di Indonesia adalah seperti saya ungkapkan dalam ilustrasi di atas. Bahasa Indonesia adalah bahasa ke dua, atau bahkan tidak diperlukan sama sekali.

Parahnya, ini tidak hanya terjadi di dunia usaha. Birokrasi pemerintah, bahkan Kepala Negara terlihat lebih suka mendepankan bahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia. Tengoklah bagaimana Presiden merumuskan semboyan kabinetnya. Dalam bahasa Inggris! Bahasa Indonesia ditampilkan sebagai terjemahan belaka.

Kalau Presiden lebih suka mendepankan bahasa Inggris, jangan heran kalau bangsa ini lebih suka memakai produk-produk dari luar, ketimbang produk bangsa sendiri. Karena kepada mereka setiap hari diajarkan bahwa yang berasal dari luar itu lebih baik. Itulah yang sedang dipamerkan para pemimpin, khususnya sang Presiden.

hasanjepangSebagai penutup, saya ajukan pertanyaan untuk Anda renungkan.

“Anda mungkin malu kalau kemampuan berbahasa Inggris Anda jelek. Tapi pernahkah Anda merasa malu kalau kemampuan berbahasa Indonesia Anda jelek?”

Ditulis oleh: Hasanudin Abdurakhman, Direktur PT Osimo Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Blog Advertising - Advertise on blogs with SponsoredReviews.com

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner